Jumat, 17 Februari 2017

Lelah




Aku menguap, tanganku lemas, jari – jari ku kaku. Aku lelah.  Aku beraktifitas jam 7 pagi yang sebelumnya aku tidur jam 2 malam untuk lembur. Aku mandi dengan keadaan mata yang masih sembab, kepala yang berkunang kunang. Aku bersiap untuk berangkat kerja menuju kantor, pagi itu aku linglung apa karena masih ngantuk berat atau kenapa sehingga tanpa terasa jam menunjukan pukul 9 pagi, aku harus bergegas berangkat sebelum pukul 10 karena aku ada rapat kantor dengan rekan – rekan kerjaku seluruh unit yang dipimpin direktur untuk membahas apa yang sudah dikerjakan dan mengevaluasi setiap unit kerja termasuk menagih laporanku tentang pertanggung jawaban pengadaan bahan bangunan. Tugas itu merupakan pekerjaan tambahan pemberian bapak direktur. beliau sudah ditagih dan akan memintanya pada rapat hari ini. Pekerjaan tersebut selalu tertunda untuk aku garap dan belum kelar sampai saat ini. Aku bingung bagaimana nanti menjawabnya. Semua itu karena aku memilih tugasku yang aku anggap paling penting yang akan aku kerjakan terlebih dahulu.Hati kecilku mengatakan aku sudah merasa bekerja maksimal dengan tidak menghiraukan jam kerja kantor dalam mengerjakan tugas – tugas kantorku. Namun tidak ada habisnya. Belum aku menyelesaikan tugas yang satu. Sudah ada kerjaan lain yang menunggu. Sering sekali aku masuk pagi dan pulang larut malam. Namun itu kurang, mengingat tugas kantorku yang menumpuk. Aku perlu waktu yang lebih dan lebih. Mungkin jika aku diberi kekuatan ajaib aku akan mencoba menghentikan waktu. Supaya manusia di bumi ini berhenti beraktifitas. Dan hanya aku yang beraktifitas untuk menuntaskan semua tanggungan pekerjaanku. Jika sudah selesai baru akan aku putar lagi. Dengan harapan aku dapat bersantai ditengah hiruk pikuk manusia lainya.  
Estimasi waktu perjalanku menuju kampus yaitu 30 menit perjalanan. Menggunakan naik sepeda motor miliku. Aku berangkat 30 menit  lebih awal dari jadwal pertemuanku.  Selama ini memang sering aku atur begitu, karena aku punya tradisi sebelum masuk kantor untuk bekerja. Tradisi itu adalah menikmati secangkir kopi di warung bu yuyun. Di situ aku merasakan kedamaian untuk berinspirasi tentang bagaimana langkah – langkah menyelesaikan pekerjaanku yang tertunda atau sekedar berimajinasi menjadi seperti penulis favoritku Paulo Choelho seorang penulis terkenal asal Brasil yang sudah banyak menginspirasi banyak orang melalui buku - buku karanganya. Dia merupakan bapak spiritual yang plurarisme dimana setiap buku karangan dia. Didalamnya disisipi tulisan – tulisan yang penuh  makna, penuh dengan energi positif di dalamnya untuk mengarungi kehidupan duniawi.recomended sekali untuk menikmati karya beliau ini.
Tibalah aku di warung bu yuyun. Aku memarkir sepeda motorku dibawah pohon rindang depan warung bu yuyun. Warung mbak yuyun itu seperti warung warung nasi pinggir jalan pada umumnya. Dengan pintu dikiri kanan.didalamnya terdapat  kursi kayu yang panjang yang muat untuk 4-5 orang selain itu juga ada meja yang panjang pula untuk pelanggan yang makan sebagai alas piring. Dengan kekhas an warung pinggir jalan yaitu lauk pauk yang di taruh didepan meja pelanggan yang terbungkus oleh estalase kaca. Seperti biasa bu yuyun menyapaku “baru sampek mas” mesen apa es apa kopi? Aku menjawab “kopi bu”. Tanpa membalas bertanya lagi kopi apa yang aku minta, dia langsung menuju kebelakang untuk membuatkan kopi. Iya karena dia sudah tau kopi yang aku suka karena aku selalu mesan itu kalau ditanya soal kopi yang aku pesan. Kopi hitam dengan merk kapal api itulah favoritku. Dengan sebatang rokok surya yang kuambil didalam kaleng eceran warung bu yuyun. Aku nyalakan dan aku sedot untuk menikmati cita rasa rokok ini sehingga membuatku rileks dan penuh dengan khayalan – khayalan pragmatis yang berkaitan dengan tuntutan kerja dan kebutuhan hidup. Alhamdulilah itu ucapan syukur yang selalu aku ucapkan untuk pemberian dari Allah sebuah energi inspiratif yang menggerakan otak kananku untuk mengatur langkah – langkah ide yang aku lakukan. demi normalnya kehidupanku dan meminimalisir potensi terjadinya percikan masalah. Dengan begitu aku tetap bisa fokus untuk membangunan jiwa yang mulai aku rintis. Jam menunjukan pukul 10.00 wib. Tidak terasa saatnya aku bertemu dengan temanku. Dari kejauhan temanku memanggilku. Woi Tunggu kata dia sambil berlari dan menahan beban berat tasnya entah isinya apa saja. Awas” aku bilang. Hati – hati banyak batu batu disini yang siap menggelincirkanmu. Ah sudahlah. Kata dia. Aku bertanya. Ada apa kau kok terburu buru sekali. Dia menjawab begini kawan, rapat hari ini dibatalkan karena bapak direktur berhalangan datang. Beliau mendadak dipanggil oleh pembina yayasan untuk menemani ketua yayasan pergi ke luar kota. Entah apa yang diurusnya. Hatiku lega mendengar cerita temanku itu. Sesuai harapanku sejak pagi tadi. Aku ingin menyelesaikan tugas tambahan dari bapak direktur yang aku tunda – tunda dan belum selesai. Dengan pikiran sombongku. Aku telah berhasil menyalurkan energi untuk menghentikan waktu setidaknya sampai bapak direktur tiba. Sampai rapat yang menjemukan tersebut terlaksana.

Kamis, 16 Februari 2017

Sang Mandor



Sang Mandor

Seringkali mereka yang mempunyai banyak waktu tidak sanggup menahan kerasnya kehidupan walaupun hanya sekedar untuk mengais rejeki. Terlalu banyak dipermainkan dunia dengan obsesi - obsesi  materiil semata yang mengatasnamakan uang diatas segalanya. Kebutuhan rohani, kebutuhan jasmani, sampai kebutuhan tentang keilmuan mereka abaikan. Semakin mengejar uang semakin mereka terhantui kepuasan tanpa sadar. dikejar tuntutan yang periode pencapainya sangat terbatas. Waktu 1 detik serasa 1 jam, 1 hari serasa 1 tahun dan seterusnya.pada akhirnya mereka sadar umur yang  setiap harinya berkurang dan energi yang mereka keluarkan terkuras habis. Otak berjalan lambat, tangan mulai lemas, kaki kaki terlihat kaku. Disaat itu mereka mulai menyadari sedang mendapat musibah. Musibah dari sang maha kuasa. Yang seharusnya disyukuri  sejak polapikir dan alam bawah sadar bekerja otomatis yaitu Kesehatan. Itulah Sepenggal hipotesa kehidupan yang seharusnya manusia bangun tanpa berpikir dua kali untuk ditanam kedalam jiwa mereka.
Kisah tersebut  seperti yang dialami Danu. Danu seorang pekerja bangunan yang selalu bekerja melibihi rata rata jam kerja selayaknya pekerja kasar. Dia hidup ditengah-tengah masyarakat kota. Yang tidak dapat dibedakan antara siang dan malam. Banyak waktu yang dihamburkan untuk mencari kesenangan duniawi  menjajaki jalan yang membukakan gerbang kepuasan sesaat didalam nafsu dunia. Dia dan beberapa orang temanya sering mengobrolkan hal – hal diluar kemampuan mereka. Berimajinasi menciptakan dunia ini seakan akan dunia ini adalah surga yang kekal. Di suatu saat ketika malam setelah lembur danu menanyakan sesuatu ke temanya. “apakah kita akan begini terus, apakah kita tidak ingin melibihi penghasilan kita yang sudah kita terima dari bos. Kenapa kita tidak menjadi bos saja. Kan hidup kita jadi lebih enak”. Seketika itu teman – teman mereka tertawa. Hahahaha, hai danu kau bisa apa?kau hanyalah seorang kuli bangunan. Apa kau punya ijasah, apa kau punya modal untuk menjadi pemborong? Sudahlah terima saja. Kita kerja tiap hari dan kita lembur. kita dapat uang. Penghasilan kita sudah cukup untuk makan kita sehari – hari sudahlah terima saja”. Danu tidak puas atas jawaban dari salah seorang temanya. Keesokan harinya sebelum masuk waktu kerja ia bertanya lagi kepada mandornya tentang bagaimana cara untuk menjadi seorang mandor. Mandornya menjawab “ buat apa kau tanya hal seperti ini, sebetulnya saya tidak pernah berharap menjadi mandor saya berharap menjadi kontraktor, namun saya sadar saat ini saya harus bersyukur telah menjadi mandor.dan bisa bekerja”. Danu tetap tidak puas atas jawaban mandornya. jam menunjukan pukul 12.00 wib, waktunya istirhat. Dia melihat mandornya menuju tempat musholla untuk beribadah sholat. Danu hanya melihatnya dengan pandangan yang cuek dan tidak pernah berpikir apa yang akan dilakukan mandornya. dia mulai berpikir dia harus bisa mengumpulkan uang lebih, dengan harapan dapat merasakan apa yang dirasakan para kaum berkantong tebal yang begitu menikmati kehidupanya. Dia beranggapan mereka para orang kaya memiliki tangan, kaki, dan indera yang sama. Kenapa dirinya tidak bisa seperti itu. Setelah bekerja dia berpamitan kepada mandornya untuk berhenti bekerja dengan alasan mendapatkan pekerjaan yang lain.Dia pulang mengendarai motor bebek kesayanganya. dengan disertai perasaan yang bergejolak  dan berimajinasi menjadi orangkaya sembari menghayal memikirkan cara bagaimana cara dia mendapatkan pekerjaan yang layak yang menghasilkan uang jutaan rupiah dalam sehari. Tersontak sepeda montor yang ditumpanginya menabrak pohon besar. Keadaanya bertambah parah karena ia tidak memakai helm. Danu masuk rumah sakit dan tidak sadarkan diri selama 3  hari.
Dia menghakiri masa koma nya. Dia membuka mata untuk pertama kalinya setelah koma. Dia sangat terkejut ternyata Yang dia lihat adalah mandornya. mandornya menceritakan bahwa dia mengalami kecelakan dahsyat untung nyawanya tertolong dan pihak rumah sakit menghubungi mandor tersebut karena dia membawa slip gaji atas nama perusahaan kontaktor bangunan tempat dia bekerja. Sang mandor menanyakan kronologis dan kenapa dia bisa sampai mengalami kecelakaan. Setelah dia menceritakaan sebab musabab dia kecelakaan. Sang mandorpun akat bicara. “Sesungguhnya aku ingin menyampaikan sesuatu jawaban yang selama ini kamu tanyakan. Walau kita di kelilingi hingar binar kota yang menjanjikan berbagai kesenangan.kita seharusnya sadar karena didunia ini kita tidak hanya mencari kesenangan mata. Banyak kebutuhan yang lebih penting dari itu. Hendaknya kita jangan terjerumus kedasar surga dunia saja. Kita harus menjaga perasaan cinta dan menerima secara bersyukur apa yang telah Tuhan berikan terhadap kita. Lakukan dulu yang dapat kita lakukan dengan sepenuh hati  dan mencoba mensyukurinya, niscaya Tuhan akan memberikan lebih apa yang kita minta.    

Rabu, 15 Februari 2017

Perenungan Seorang Suami



Perenungan Seorang Suami



Sebelum saya menikah saya berjanji kepada istri, saya akan selalu menjaganya. 4 bulan setelah menikah, kami dikaruniai kehamilan istri saya. Titik balik seorang suami menjadi feminim saya temukan. Istri saya yang sebelumnya manja kini semakin menjadi jadi kemanjaanya. Dari hal sepele mengambilkan air minum sampai menemani merajut kain, selama merajut, saya wajib menemani tidak boleh sejengkalpun pergi darinya. Aktifitas berpergian saya kurangi, bisnis – bisnis kecil saya tinggalkan. Sekarang tidak ada waktu mengopi sepulang kerja. Pada saatnya seorang teman saya mengajak saya pergi. Dia menanyakan kepada saya apakah saya ikut dengan nya ke suatu acara pesta teman kami yang lainya. Dia menceritakan bahwa di pesta itu terdapat berbagai kenikmatan – kenikmatan yang jarang saya temui di kota ini, acara musik dangdut, penyanyi – penyanyi terkenal, dan beraneka macam hidangan olahan daging yang teramat lengkap. Hal yang sangat istimewa mengingat pesta ini ulang tahun teman saya yang merupakan anak konglomerat. pemilik perkebunan jeruk yang teramat luas. Seketika itu saya teringat dengan istri saya yang sedang hamil muda. Maka tanpa basa basi saya menolak ajakan teman saya dengan alasan istri saya tidak bisa di tinggal lama-lama, raut wajah teman saya yang tadinya sumringah sekarang tampak tidak puas dan mengandung penuh kekecewaan. Dia pun hanya mengucapkan salam untuk istriku. Aku pun pulang, menstater motorku dengan perasaan yang sedikit mengganggu padahal biasanya jika ada pesta. Saya yang mengajak teman, merayu sekuat hati dengan gaya bak mubaligh kondang yang sedang ceramah agama, menjadikan orang yang mendengarnya seraya merasuk tanpa bisa menolaknya. Hari itu menjadi hari terbalik bagi dunia saya. Perasaan itu mencoba aku singkirkan dengan cara mengingat aku sudah menjadi suami, bukan duniaku yang terbalik dan menghilang tetapi akulah yang merubah wujud menjadi dunia. Dunia istriku yang aku cintai. Aku tidak akan membuat sedih istriku dengan hal – hal yang kurang berguna.  
Ditengah malam, saat saya sedang asik mengobrol dengan istri saya. Dimana setiap kalimat yang diucapkan istri saya ditengah tengahnya tersisip pemikiran membayangkan begitu meriahnya pesta teman saya. Itu membuat saya tidak selalu fokus mendengarkan ucapan – ucapan istri saya. Sering saya memohon untuk diulangi kalimat pembicaraanya. Hanphone berbunyi bertanda ada WA yang masuk. Saya meminta istri saya untuk diam terlebih dahulu. Wa tersebut ternyata dari salah seorang teman saya yang isinya.
“Nu teman – teman yang tadi mengajak kamu ke pestaku tadi. Kendaraanya terperosok jurang dekat hutan. Terdapat kabar bahwa teman dekat kita 4 yang tewas dan 2 luka berat” tolong besok pagi kamu ke rumah sakit”. Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Hatiku teroyak, saya lemas shock. Terasa duka ini yang teramat dalam. Teman seprofesi saya, bukan hanya teman namun telah saya anggap saudara yang selalu ada dalam senang ataupun susah. Menghadapi peliknya masalah kantor. Berjuang disaat kerjaan menumpuk. Sekelebat perasaan sedih terkontaminasi dengan perasaan bersyukur sebagai makhluk yang egois. Setidaknya saya selamat atas kecelakaan itu. Jika saya tidak menlolak ajakan teman saya tadi. Kemungkinan besar saya juga senasib dengan teman – teman yang dikabarkan mobilnya terbalik d dasar jurang. Terima kasih istriku terima kasih Allah. Yang senantiasa menjaga saya di setiap keputusan – keputusan yang telah saya ambil. Aku percaya bahwa keputusan yang aku buat adalah wujud doaku untuk menentukan tindakan yang aku perbuat dan tindakanku adalah wujud doaku untuk bersikap antusias menitih benih – benih cinta kepada Allah SWT. Ternyata istri adalah perwujudan mukjizat dari Allah SWT untuk melindungi dan menjaga saya dari tindakan yang tidak baik.  Istri merupakan interprestasi dari Allah sebagaimana menjanjikan Keselamatan bagi umatnya yang selalu memilih jalan yang sudah ditetapkanya dan menghindari jalan larangannya.