Aku
menguap, tanganku lemas, jari – jari ku kaku. Aku lelah. Aku beraktifitas jam 7 pagi yang sebelumnya
aku tidur jam 2 malam untuk lembur. Aku mandi dengan keadaan mata yang masih
sembab, kepala yang berkunang kunang. Aku bersiap untuk berangkat kerja menuju
kantor, pagi itu aku linglung apa karena masih ngantuk berat atau kenapa
sehingga tanpa terasa jam menunjukan pukul 9 pagi, aku harus bergegas berangkat
sebelum pukul 10 karena aku ada rapat kantor dengan rekan – rekan kerjaku
seluruh unit yang dipimpin direktur untuk membahas apa yang sudah dikerjakan
dan mengevaluasi setiap unit kerja termasuk menagih laporanku tentang
pertanggung jawaban pengadaan bahan bangunan. Tugas itu merupakan pekerjaan
tambahan pemberian bapak direktur. beliau sudah ditagih dan akan memintanya
pada rapat hari ini. Pekerjaan tersebut selalu tertunda untuk aku garap dan
belum kelar sampai saat ini. Aku bingung bagaimana nanti menjawabnya. Semua itu
karena aku memilih tugasku yang aku anggap paling penting yang akan aku
kerjakan terlebih dahulu.Hati kecilku mengatakan aku sudah merasa bekerja maksimal
dengan tidak menghiraukan jam kerja kantor dalam mengerjakan tugas – tugas kantorku.
Namun tidak ada habisnya. Belum aku menyelesaikan tugas yang satu. Sudah ada
kerjaan lain yang menunggu. Sering sekali aku masuk pagi dan pulang larut
malam. Namun itu kurang, mengingat tugas kantorku yang menumpuk. Aku perlu waktu
yang lebih dan lebih. Mungkin jika aku diberi kekuatan ajaib aku akan mencoba menghentikan
waktu. Supaya manusia di bumi ini berhenti beraktifitas. Dan hanya aku yang
beraktifitas untuk menuntaskan semua tanggungan pekerjaanku. Jika sudah selesai
baru akan aku putar lagi. Dengan harapan aku dapat bersantai ditengah hiruk
pikuk manusia lainya.
Estimasi
waktu perjalanku menuju kampus yaitu 30 menit perjalanan. Menggunakan naik
sepeda motor miliku. Aku berangkat 30 menit lebih awal dari jadwal pertemuanku. Selama ini memang sering aku atur begitu, karena
aku punya tradisi sebelum masuk kantor untuk bekerja. Tradisi itu adalah
menikmati secangkir kopi di warung bu yuyun. Di situ aku merasakan kedamaian
untuk berinspirasi tentang bagaimana langkah – langkah menyelesaikan
pekerjaanku yang tertunda atau sekedar berimajinasi menjadi seperti penulis
favoritku Paulo Choelho seorang penulis terkenal asal Brasil yang sudah banyak
menginspirasi banyak orang melalui buku - buku karanganya. Dia merupakan bapak
spiritual yang plurarisme dimana setiap buku karangan dia. Didalamnya disisipi
tulisan – tulisan yang penuh makna,
penuh dengan energi positif di dalamnya untuk mengarungi kehidupan duniawi.recomended
sekali untuk menikmati karya beliau ini.
Tibalah
aku di warung bu yuyun. Aku memarkir sepeda motorku dibawah pohon rindang depan
warung bu yuyun. Warung mbak yuyun itu seperti warung warung nasi pinggir jalan
pada umumnya. Dengan pintu dikiri kanan.didalamnya terdapat kursi kayu yang panjang yang muat untuk 4-5
orang selain itu juga ada meja yang panjang pula untuk pelanggan yang makan
sebagai alas piring. Dengan kekhas an warung pinggir jalan yaitu lauk pauk yang
di taruh didepan meja pelanggan yang terbungkus oleh estalase kaca. Seperti biasa
bu yuyun menyapaku “baru sampek mas” mesen apa es apa kopi? Aku menjawab “kopi
bu”. Tanpa membalas bertanya lagi kopi apa yang aku minta, dia langsung menuju
kebelakang untuk membuatkan kopi. Iya karena dia sudah tau kopi yang aku suka
karena aku selalu mesan itu kalau ditanya soal kopi yang aku pesan. Kopi hitam
dengan merk kapal api itulah favoritku. Dengan sebatang rokok surya yang
kuambil didalam kaleng eceran warung bu yuyun. Aku nyalakan dan aku sedot untuk
menikmati cita rasa rokok ini sehingga membuatku rileks dan penuh dengan
khayalan – khayalan pragmatis yang berkaitan dengan tuntutan kerja dan
kebutuhan hidup. Alhamdulilah itu ucapan syukur yang selalu aku ucapkan untuk pemberian
dari Allah sebuah energi inspiratif yang menggerakan otak kananku untuk
mengatur langkah – langkah ide yang aku lakukan. demi normalnya kehidupanku dan
meminimalisir potensi terjadinya percikan masalah. Dengan begitu aku tetap bisa
fokus untuk membangunan jiwa yang mulai aku rintis. Jam menunjukan pukul 10.00
wib. Tidak terasa saatnya aku bertemu dengan temanku. Dari kejauhan temanku
memanggilku. Woi Tunggu kata dia sambil berlari dan menahan beban berat tasnya
entah isinya apa saja. Awas” aku bilang. Hati – hati banyak batu batu disini
yang siap menggelincirkanmu. Ah sudahlah. Kata dia. Aku bertanya. Ada apa kau
kok terburu buru sekali. Dia menjawab begini kawan, rapat hari ini dibatalkan
karena bapak direktur berhalangan datang. Beliau mendadak dipanggil oleh
pembina yayasan untuk menemani ketua yayasan pergi ke luar kota. Entah apa yang
diurusnya. Hatiku lega mendengar cerita temanku itu. Sesuai harapanku sejak
pagi tadi. Aku ingin menyelesaikan tugas tambahan dari bapak direktur yang aku tunda
– tunda dan belum selesai. Dengan pikiran sombongku. Aku telah berhasil
menyalurkan energi untuk menghentikan waktu setidaknya sampai bapak direktur
tiba. Sampai rapat yang menjemukan tersebut terlaksana.